Separuh pembelajaran jam ketiga baru berlangsung. Hujan
mengguyur dengan deras. Anginpun bertiup kencang. Air mengalir dengan cepat, mengolam di dalam kelas. Sontak siswapun berhamburan meninggalkan kelas, takut
sepatu dan tas basah. Mereka berlarian menuju selasar depan ruang Laboratorium IPA.
“Kelas kami banjir Pak. Angin kencang, takut tendanya
roboh. Apalagi di dekat kelas ada pohon ketapang jadi takut”, kata Arifin siswa
kelas VII-3 dengan nafas tersengal
setelah berlari kencang tinggalkan tenda kelas. “Baru belajar Bahasa Inggris
Pak.Gurunya juga ikut lari hindari air hujan”, imbuh nya.
Lain lagi dengan Sinta, siswi kelas VII-5 ini menangis tersedu-sedu.
Derai air matanya jatuh mengumpul dibibirnya. Dengan suara terputus-putus
sembari menyeka air mata mengatakan bahwa
hujan deras dan angin kencang yang terjadi baru lalu membuat ia ingat
ayahnya.
“Ayah sedang kerja sebagai buruh di Selelos. Takut terjadi
apa-apa”, katanya sembari berdiri persis di pinggir papan majalah dinding. Tidak
hanya para siswa kelas tenda yang berhamburan kelas sebelah yaitu kelas VIII-3 dan VIII-4
juga mengambil langkah yang sama.
0 comments:
Post a Comment